Kisah Said bin Amir, Kepala Daerah Umar bin Khattab yang Tak Gila Harta

Kisah Said bin Amir, Kepala Daerah Umar bin Khattab yang Tak Gila Harta

Dalam sebuah riwayat sejarah Islam, banyak sekali dijumpai sosok-sosok pemimpin yang amanah, adil, dan tidak gila harta. Namun, eksistensinya selalu tertutup dengan pemimpin yang gemar berfoya-foya, serakah, dan rela saling tikam satu sama lain hanya karena ingin menjadi seorang raja atau khalifah. Salah satu pemimpin yang patut untuk dijadikan teladan adalah Said bin Amir.

Said bin Amir adalah seorang kepala daerah yang memimpin sebuah wilayah di bawah khalifah Umar bin Khattab. Umar merupakan khalifah kedua setelah Rasulullah wafat. Ia ditunjuk oleh Abu Bakr untuk menggantikannya menjadi pemimpin umat Islam selama kurang lebih 10 tahun. Selama memimpin, sebuah riwayat menceritakan ia pernah bertemu dengan kepala daerah bawahannya yang ternyata justru masuk dalam daftar penduduk miskin.

Umar Temukan Said bin Amir dalam Daftar Miskin

Menurut riwayat, ketika Umar berkunjung ke daerah Hams, salah satu wilayah yang berada di bawah kekuasaan Islam, ia meminta warga untuk mendata warga yang masuk dalam kategori miskin. Warga pun tunduk terhadap kata-kata Umar, mereka mengumpulkan semua data tersebut tanpa terkecuali. Usai dikumpulkan data itu, mereka kemudian menyerahkan datanya ke Umar.

Ketika menerima datanya, Umar pun kaget dengan apa yang ia lihat. Pasalnya, ia menemukan sebuah nama yang tidak asing yaitu Said bin Amir bin Khadimahm, yaitu kepala daerah Hams. Ia masuk dalam daftar orang miskin.

“Siapa Said bin Amir?” tanya Umar kepada warga.


“Amir kami,” warga menjawab pertanyaan Umar secara serentak.

Umar terkejut dengan apa yang disampaikan oleh warga. Ia pun kembali bertanya untuk menegaskan. “kenapa amir kalian bisa miskin? Bukannya ada tunjangan, pada gaji?” tanya Umar.

“Wahai Amirul Mukminin, dia tidak pernah menyimpan apalagi menimbun harta sama sekali,” jawab warga.

Mendengar jawaban tersebut, Umar kemudian terharu dan merasa sedih. Ia pun menangis. Umar kemudian menyiapkan tas yang diisi dengan uang sebanyak 1.000 dinar.

“Tolong berikan ini kepada Said bin Amir, sampaikan salamku kepadanya, sampaikan juga bahwa uang ini dari Amirul Mukminin untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari,” ucap Umar sembari memberikan tas berisi uang kepada seorang yang diutus untuk menemui Said bin Amir.


Said bin Amir Membagi-bagikan Uang Pemberian Umar

Setelah utusan Umar sampai ke rumah Said, betapa terkejutnya ia mendapati sebuah tas yang berisi uang 1.000 dinar itu. Ia kemudian mengucap “innalillahi wa inna ilaihi raji’un,” ucap Said yang kemudian didengar oleh istrinya.

"Ada apa, suamiku? Apakah Amirul Mukminin meninggal dunia?" tanya istri Said yang kaget.

"Tidak, bahkan lebih dari itu," jawab Said.

"Apakah kiamat sudah di depan mata?" tanya istrinya yang penasaran.

“Tidak, bahkan lebih dari itu," jawab Said.

"Lalu apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa engkau mengucapkan kalimat istirja?" tanya istrinya yang semakin penasaran.

"Dunia telah mendatangiku dan fitnah telah mendekatiku," jawab Said.

"Oh, ya sudah lakukan saja apa yang kau inginkan terhadap dunia itu," ucap istrinya yang seketika hilang rasa penasarannya.

"Apakah kamu bisa membantuku?" tanya Said kepada istrinya.  

"Bisa, apa yang harus aku lakukan?" jawab sang istri.

Atas arahan Said, sang istri kemudian mengambil beberapa robekan kain. Uang pemberian Umar itu kemudian dibagi-bagi ke kain tersebut kemudian dibungkus dan dimasukkan kembali ke dalam tas. Said mengumpulkan para tentara dan pasukannya. Setelah berbaris rapi, Said kemudian membagi-bagikan semua bingkisan itu kepada para tentaranya.